Kamis, 22 Desember 2022

PELESTARI DESTAR

 DESTAR MADE IN BTD PEDAPURAN




JENIS IKATAN DESTAR

Kali ini kita akan paparkan informasi tentang Janis Ikatan Destar dari salah satu Pengkriya Destar, yaitu Datuk Cik Radendo Ratna Purnamasari atau BTS/BTD (Pengkriya Kota Pangkalpinang) menurut pemahaman secara teorotis dan praktik bahwa berdasarkan bentuk lipatan dan ikatannya muncullah nama-nama destar seperti, destar Ayem Patah Kepak, Elang Nerucop Angen, Bulu Ayem, Sareung Kerengge, Rebong, Tebu Sepuntong, dan Elang Berkelai (Elang berkelahi).

1. DESTAR ELANG BEKELAI

Foto : Kepala Kejaksaan Tinggi Provinsi Babel 
mengenakan Destar Depati Amir jenis ikat Elang Bekelai
Produksi UMAH KRIYA BTD PEDAPURAN


DESTAR dengan bentuk ELANG BEKELAI sebagai penutup kepala orang Bangka dalam sejarah dapat dilihat dari gambar lukisan “Bahrin dan Pengikutnya/Keluarganya”, dari buku Schiderungen Aus Ostindiens Archipel, yang ditulis oleh Franz Epp dan diterbitkan Tahun 1841. Pada Tahun 1836, Franz Epp, seorang Jerman ahli pengobatan, diberikan kesempatan oleh Depati Bahrin berkunjung ke rumahnya dan diberikan waktu untuk melukis Depati Bahrin dan keluarganya di village of Depatti Bahrin yaitu di kampung Mendara. Depati Bahrin pada saat dilukis berusia sekitar 61 Tahun (Bahrin, lahir sekitar Tahun 1775 dan wafat Tahun 1848), sedangkan Amir pada waktu itu sebagai putera Sulung Bahrin masih berusia muda sekitar 38 Tahun (Amir, lahir Tahun 1798 dan wafat Tahun 1869), sedangkan Hamzah atau Depati Tjing pada saat itu masih kecil berusia sekitar 3-4 Tahun sehingga tidak dilukis secara bersamaan (Tjing, lahir Tahun 1832 dan wafat Tahun 1903). sumber : Dato' Akhmad Elvian DPMP (Sejarawan dan Budayawan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung)
TATA CARA MEMBENTUK ATAU MEMBUAT DESTAR ELANG BEKELAI yang dikenakan dengan cara melipat dan mengikat selembar kain SEGI EMPAT SAMA SISI,  atau berbentuk Bujur Sangkar yang kemudian dilipat menjadi Dua berbentuk Segi Tiga. Pada sisi yang panjang, kemudian dilipat sebanyak TIGA KALI selebar sekitar TIGA JARI orang dewasa. Setelah itu bagian ujung Segi Tiga kain ditarik kedepan hingga ke bagian dahi kepala, sisi kain yang panjang, yang telah dilipat sebanyak TIGA KALI selebar TIGA JARI orang dewasa td disimpul atau diikat membentuk posisi seperti Elang Bekelai. Bentuk awal ikatan Destar Elang bekelai awalnya sama seperti mengikat Stanjak, akan tetapi perbedaannya posisi simpul atau ikatan diputar dan diletakkan di tengah dahi serta bagian kain yang menanjak di belakang ditekukkan ke depan dengan ujungnya diselipkan pada bagian antara dahi dan simpul atau ikatan untuk mengencangkan lipatan. sumber : Datuk Cik Radendo Ratna Purnamasari atau BTS/BTD (Pengkriya Kota Pangkalpinang)
Destar Elang Bekelai memiliki makna filosofis, bahwa orang yang mengenakannya selalu berada dalam posisi siaga untuk berjuang dalam simpul yang teguh dan kokoh. Bagian kain yang menanjak lalu ditekuk menunjukkan, bahwa kekuasaan dan jabatan depati yang diberikan Belanda, ditekukkan atau dikembalikan kepada Belanda karena lebih mementingkan rakyat dan diputar balikkan menjadi simbol perlawanan sebagai bentuk penentangan kepada penjajah. sumber : Dato' Akhmad Elvian DPMP (Sejarawan dan Budayawan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung)

2. DESTAR ELANG NERUCOP ANGEN

Foto : Walikota dan Ketua DPRD Kota Pangkalpinang dan DPD-RI Dapil Provinsi Babel 
mengenakan Destar Depati Amir jenis ikat Elang Nerucop Angen
Produksi UMAH KRIYA BTD PEDAPURAN


TATA CARA MEMBENTUK ATAU MEMBUAT DESTAR ELANG NERUCOP ANGEN hampir sama dengan Elang Bekelai yaitu dengan cara melipat dan mengikat selembar kain SEGI EMPAT SAMA SISI,  atau berbentuk Bujur Sangkar yang kemudian dilipat menjadi Dua berbentuk Segi Tiga. Pada sisi yang panjang, kemudian dilipat sebanyak TIGA KALI selebar sekitar TIGA JARI orang dewasa. Setelah itu bagian ujung Segi Tiga kain ditarik kedepan hingga ke bagian dahi kepala, sisi kain yang panjang, yang telah dilipat sebanyak TIGA KALI selebar TIGA JARI orang dewasa td disimpul atau diikat membentuk posisi seperti Burung sedang menghalau atau melawan arah angin yang kencang. sumber : Datuk Cik Radendo Ratna Purnamasari atau BTS/BTD (Pengkriya Kota Pangkalpinang) 

Filosofis Destar Elang Nerucop Angen, adalah simbol ikatan menunjukan bahwa orang yang mengenakannya sedang berada dalam posisi siap menyerang dalam kekuatan penuh (Pejuang Tangguh). Bagian kain yang menanjak lalu ditekuk dengan ujungnya diselipkan pada bagian antara dahi dan simpul atau ikatan menunjukkan, bahwa kekuasaan dan jabatan yang dimiliki hanyalah titipan dari Yang Maha Kuasa, kendatipun tidak nampak, tapi rahmat-Nya terasa nyata, oleh sebab itu dalam melakukan segala upaya, kita wajib selalu meminta pertolongan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena apapun yang kita dapatkan akan kembali kepada Pemilik-Nya. sumber : Datuk Cik Radendo Ratna Purnamasari atau BTS/BTD (Pengkriya Kota Pangkalpinang)

3. DESTAR KOMBINASI TEBU SEPUNTONG


Foto : Bupati Bangka Barat 
mengenakan Destar Depati Amir jenis ikat Kombinasi Tebu Sepuntong
Produksi UMAH KRIYA BTD PEDAPURAN

Foto : Owner UMAH KRIYA BTD PEDAPURAN
mengenakan Destar Depati Amir jenis ikat Kombinasi Tebu Sepuntong
Produksi UMAH KRIYA BTD PEDAPURAN

TATA CARA MEMBENTUK ATAU MEMBUAT DESTAR KOMBINASI TEBU SEPUNTONG hampir sama dengan Elang Bekelai yaitu dengan cara melipat dan mengikat selembar kain SEGI EMPAT SAMA SISI,  atau berbentuk Bujur Sangkar yang kemudian dilipat menjadi Dua berbentuk Segi Tiga. Pada sisi yang panjang, kemudian dilipat sebanyak TIGA KALI selebar sekitar TIGA JARI orang dewasa. Setelah itu bagian ujung Segi Tiga kain ditarik kedepan hingga ke bagian dahi kepala, sisi kain yang panjang, yang telah dilipat sebanyak TIGA KALI selebar TIGA JARI orang dewasa td disimpul atau diikat membentuk posisi seperti tebu seruas yang dibawa terbang dalam cengkraman burung. sumber : Datuk Cik Radendo Ratna Purnamasari atau BTS/BTD (Pengkriya Kota Pangkalpinang) 

Sketsa Depati Amir. Foto: dok. humas.babelprov.go.id
(Diakses pada 1/12/2021)


Filosofis Destar Kombinasi Tebu Sepuntong, adalah simbol ikatan menunjukan bahwa orang yang mengenakannya adalah tipe seorang yang berjuang bersama-sama dengan cara berkolaborasi. Bagian kain yang menanjak lalu ditekuk dengan ujungnya diselipkan pada bagian antara dahi dan simpul atau ikatan menunjukkan, bahwa upaya pemimpin itu tidak harus selalu terlihat menonjol namun membaur mampu terbang tinggi (sukses) bersama rakyatnya. sumber : Datuk Cik Radendo Ratna Purnamasari atau BTS/BTD (Pengkriya Kota Pangkalpinang)


4. DESTAR SAREUNG KERENGGE




Foto : BA UMAH KRIYA BTD PEDAPURAN
mengenakan Destar Depati Amir jenis ikat Sareung Kerengge
Produksi UMAH KRIYA BTD PEDAPURAN


TATA CARA MEMBENTUK ATAU MEMBUAT DESTAR SAREUNG KERENGGE hampir sama dengan Elang Bekelai yaitu dengan cara melipat dan mengikat selembar kain SEGI EMPAT SAMA SISI,  atau berbentuk Bujur Sangkar yang kemudian dilipat menjadi Dua berbentuk Segi Tiga. Pada sisi yang panjang, kemudian dilipat sebanyak TIGA KALI selebar sekitar TIGA JARI orang dewasa. Setelah itu bagian ujung Segi Tiga kain ditarik kedepan hingga ke bagian dahi kepala membentuk posisi seperti sarang semut rangrangsisi kain yang panjang, yang telah dilipat sebanyak TIGA KALI selebar TIGA JARI orang dewasa td disimpul atau diikat boleh diposisi luar ataupun bagian dalam sumber : Datuk Cik Radendo Ratna Purnamasari atau BTS/BTD (Pengkriya Kota Pangkalpinang).

Filosofis Destar Sareung Kerengge, adalah simbol ikatan menunjukan bahwa orang yang mengenakannya adalah tipe seorang yang tidak pernah memperlihatkan pengorbanannya tapi Hasilnya luar biasa dan diakuinya sebagai upaya bersama," seperti halnya semut yang tidak terlihat keberadaanya tapi berhasil membuat bangunan besar bak arsitektur. Meski terlihat hanya sekedar gundukan tanah,  sarang semut tidak mudah roboh, kokoh tidak mudah dihancurkan baik oleh binatang maupun manusia sekalipun. Hal ini terlihat pada bagian kain yang menanjak lalu ditekuk dengan ujungnya diselipkan pada bagian antara dahi dan simpul atau ikatan membentuk seperti sarang semut rangrang. sumber : Datuk Cik Radendo Ratna Purnamasari atau BTS/BTD (Pengkriya Kota Pangkalpinang)


5. DESTAR AYEM PATAH KEPAK

Foto : BA UMAH KRIYA BTD PEDAPURAN
mengenakan Destar Depati Amir jenis ikat Sareung Kerengge
Produksi UMAH KRIYA BTD PEDAPURAN


TATA CARA MEMBENTUK ATAU MEMBUAT DESTAR AYEM PATAH KEPAK hampir sama dengan Elang Bekelai yaitu dengan cara melipat dan mengikat selembar kain SEGI EMPAT SAMA SISI,  atau berbentuk Bujur Sangkar yang kemudian dilipat menjadi Dua berbentuk Segi Tiga. Pada sisi yang panjang, kemudian dilipat sebanyak TIGA KALI selebar sekitar TIGA JARI orang dewasa. Setelah itu bagian ujung Segi Tiga kain ditarik kedepan hingga ke bagian dahi kepala, sisi kain yang panjang, yang telah dilipat sebanyak TIGA KALI selebar TIGA JARI orang dewasa td disimpul atau diikat membentuk posisi seperti Ayam Patah Sayapnya. sumber : Datuk Cik Radendo Ratna Purnamasari atau BTS/BTD (Pengkriya Kota Pangkalpinang) 


Filosofis Destar Ayem Patah Kepak, adalah simbol ikatan ini menunjukan bahwa orang yang mengenakannya adalah tipe Orang Senasib sepenanggungan atau suka duka ditanggung bersama dangigih atau tidak putus asa dalam berusaha. Hal ini disimbolkan pada bagian kain yang menanjak lalu ditekuk dengan ujungnya diselipkan pada bagian antara dahi dan simpul atau ikatan membentuk dua bagian yang berbeda, satu bagian berdiri tegak dan yang satu lagi terlipat seperti patah. sumber : Datuk Cik Radendo Ratna Purnamasari atau BTS/BTD (Pengkriya Kota Pangkalpinang)


5. DESTAR REBONG



Foto : WALIKOTA PANGKALPINANG BAPAK mAULAN aKLIL
mengenakan Destar Depati Amir jenis ikat Rebung
Produksi UMAH KRIYA BTD PEDAPURAN


TATA CARA MEMBENTUK ATAU MEMBUAT DESTAR REBONG hampir sama dengan Elang Bekelai yaitu dengan cara melipat dan mengikat selembar kain SEGI EMPAT SAMA SISI,  atau berbentuk Bujur Sangkar yang kemudian dilipat menjadi Dua berbentuk Segi Tiga. Pada sisi yang panjang, kemudian dilipat sebanyak TIGA KALI selebar sekitar TIGA JARI orang dewasa. Setelah itu bagian ujung Segi Tiga kain ditarik kedepan hingga ke bagian dahi kepala, sisi kain yang panjang, yang telah dilipat sebanyak TIGA KALI selebar TIGA JARI orang dewasa td disimpul atau diikat membentuk posisi seperti Rebung yang baru keluar dari dalam tanah. sumber : Datuk Cik Radendo Ratna Purnamasari atau BTS/BTD (Pengkriya Kota Pangkalpinang) 

Filosofis Destar Rebong, adalah simbol ikatan ini menunjukan bahwa orang yang mengenakannya adalah tipe orang yang mau berproses hal ini disimbolkan pada bagian kain yang menanjak lalu ditekuk dengan ujungnya diselipkan pada bagian antara dahi dan simpul atau ikatan membentuk seperti tunas bambu/ rebung bermakna anak atau cikal bakal, dimana rebung ini terbungkus dengan kelopak yang berbulu halus. Bila ditarik pada garis kehidupan manusia, rebung disejajarkan dengan balita yang harus dirawat dengan baik. sumber : Datuk Cik Radendo Ratna Purnamasari atau BTS/BTD (Pengkriya Kota Pangkalpinang)

Secara luas Filosofis Destar Rebong, dapat dijabarkan sebagai berikut, Rebong adalah anak atau bambu muda yang biasa dijadikan bahan sayuran atau gulai, rebung sendiri perwujudannya yang terbungkus dengan kelopak yang berbulu halus, bila ditarik pada garis kehidupan manusia, rebung disejajarkan dengan balita yang harus dirawat dengan baik. Selanjutnya dari rebung lalu menjadi bambu besar dan berbatang lurus yang disebut betong, sifatnya yang lentur membuat bambu jenis ini mudah dibentuk. Evolusi bambu, dari muda hingga tua, mencerminkan proses kehidupan manusia dari bukan siapa-siapa menuju pribadi yang bermanfaat. sumber : Datuk Cik Radendo Ratna Purnamasari atau BTS/BTD (Pengkriya Kota Pangkalpinang)


IV. KONDISI EXITING

Destar sendiri keberadaannya sudah sangat diakui dan mendapat tempat yang luar biasa, namun kurang diminati pengrajin atau pengkriya, padahal Destar ini prospeknya cukup menjanjikan, terlebih mendapat dukungan langsung dari Kepala Daerah, akan tetapi dikarenakan belum banyak orang yang mau menjadi pengkriya, keberadaan Destar masih sulit didapati, sementara permintaan dan kebutuhan semakin meningkat, maka dipandang perlu untuk melakukan pewarisan cipta karya Destar ini pada generasi muda.

Karena Usaha pembuatan dan penjualan Destar sangat potensial untuk dikembangkan, hal ini seiring upaya Pemerintah Kota Pangkalpinang dalam pelestarian Warisan Budaya Tak Benda Seni mengikat tutup kepala depati amir, atau yang populer disebut Destar Depati Amir ini, sangat gencar.













TEKULOK

PELESTARI TEKULOK

Pelestari Tekulok Kota Pangkalpinang Datuk Cik Rdo Ratna Purnamasari/Bunda Tudung Saji (BTS)

Menurut Pelestari Tekulok Datuk Cik Rdo Ratna Purnamasari atau yang lebih popular dengan julukan Bunda Tudung Saji, TEKULOK adalah Penutup kepala wanita itu merupakan warisan leluhur yang sudah ditinggalkan, biasanya, Tekulok zaman dulu menggunakan kain batik atau kain bekas karung terigu.

Keberadaan Tekulok atau Tengkuluk diketahui ada sejak zaman Kerajaan Melayu, yakni sebuah kerajaan di Pulau Sumatera sekitar abad ke-7. Pada masa itu, Tekulok digunakan kaum ibu dalam berbagai kegiatan dan kesempatan.

Tekulok adalah kain yang bentuknya mirip pashmina, penggunaannya tidak dijahit ataupun memakai alat bantu seperti peniti, melainkan hanya dililit dan disilang kekiri dan kekanan.

"Makna filosofis terletak pada kerapian yang tidak mengenakan peniti tetapi hanya diikat dan disilang saja”

Posisi juntai tekuluk juga menjadi satu fakta yang menarik untuk diketahui. Juntai yang jatuh di posisi kanan menandakan penggunanya telah menikah. Sedangkan, juntai di sebelah kiri berarti masih gadis.

Diera tahun 80 han, Tekulok masih sering dijumpai dibeberapa daerah di Pulau Bangka, misalnya Ibu-Ibu yang sedang Ngemenih (nanam padi), Mutek Sang (metik sahang), ngangkeut geuteh karet (ngambil hasil nyadap), pulang mandi dll.




Kalo pulang mandi Tekulok juga bisa utuk alas bawa air menggunakan ember, sementara kalo untuk kegiatan bertani dan berkebun, Tekulok sering dikombinasikan dengan Terindak (capil).

Mulai tahun 2000 an, Tradisi Emak-Emak menggunakan Tekulok mulai hilang dan tergantikan dengan Jilbab.

Menurut Dato’ Akhmad Elvian DPMP, Tekulok adalah kain yang bentuknya seperti selendang, penggunaannya hanya dililit dan diikat kekiri dan kekanan, posisi juntai tekuluk yang jatuh di posisi kanan menandakan penggunanya telah menikah. Sedangkan, juntai di sebelah kiri berarti masih gadis.

TEKULOK adalah Penutup kepala wanita yang menggunakan kain seperti selendang, pada zaman dulu menggunakan kain kasar (Cukin) berwarna hitamdan atau kain batik (Cual).

Berdasarkan Hukum Adat Sindang Mardika pada Pasal Empat, yaitu tentang kewajiban penduduk pribumi Bangka yang sudah menikah untuk membayar pajak Tiban sebagai tanda raja kepada sultan Kesultanan Palembang Darussalam. Pajak Tiban yang dibayarkan oleh pribumi Bangka yang sudah menikah setiap tahun berupa Timah seberat 50 kati atau seberat 31,25 kg (satu kati setara dengan 6,25 ons).

Sebagai balas jasa pembayaran pajak Timah Tiban, sultan memberikan hadiah berupa selembar/sepotong cukin atau sepotong kain kasar berwarna hitam kepada masing-masing penduduk pulau Bangka. Bunyi Pasal Empat hukum adat Sindang Mardika secara lengkap adalah: “Tiap-tiap orang Bangka yang telah kawin atau yang telah punya mantu, wajib mengeluarkan sepotong Timah Tiban. Tetapi kalau sudah bercerai, ia bebas pula dan yang perempuan tidak boleh keluar dari tempatnya atau negerinya”.

Kewajiban membayar pajak tidak ditujukan kepada pribumi Bangka yang belum menikah atau yang sudah bercerai. Bagi perempuan pribumi Bangka yang sudah bercerai tidak boleh keluar dari kampung atau batin tempat tinggalnya. Hal ini dilakukan untuk menjaga kehormatannya dan fitnah yang timbul dan dapat menyebabkan kecideraan bagi dirinya, bagi kampung atau bagi batinnya. Bagi laki-laki yang sudah bercerai tidak dikenakan pajak Timah Tiban karena tidak memiliki lagi tanggungan istri dalam kehidupannya.

Menurut Dato’ Hazirianjaya (Ian Sancin), Tekulok adalah sebutan umum untuk penutup kepala dari kain, kainnya bisa dari stagen, selendang, kain panjang lepas (tak dijahit).

Sebagai penutup kepala merupakan, berdasarkan jenisnya tekulok ada dua, yaitu :

1.      Alat bantu; dan

2.      Penutup kepala sebagai destar.

Sebagai alat bantu, misalnya untuk mengangkat beban di atas kepala misalnya membawa  keranjang beban, umumnya dalam kegiatan tradisional perempuan melayu ketika mencuci pakaian di sungai, beban cucian basah menjadi berat maka dibuatlah tekulok dari kain yang bentuknya sederhana berupa lintiran kain yang dililit menjadi lingkaran seukuran kepala supaya beban tak menyakiti kepala. Sebagai alat bantu tekulok juga digunakan untuk bermacan kepentingan misalnya menjunjung kayu bakar, kayu pagar, dan serta beban lainnya berupa pahar (dulang berkaki), dan lainnya.