Jumat, 08 April 2022

Tradisi Nganggong

 TATACARA NGANGGONG



Tradisi nganggung adalah salah satu kebiasaan yang lahir di masyarakat Melayu Bangka Belitung, khususnya di Pulau Bangka, kebiasaan ini akhirnya menjadi sebuah tradisi yang terus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat. Nganggung merupakan adat membawa makanan dari masing-masing rumah penduduk menuju ke satu tempat pertemuan besar, biasanya berupa Masjid, Surau, Langgar, atau Lapangan diwaktu-waktu tertentu pada Peringatan Hari Besar Agama Islam, seperti Maulid Nabi Muhammad SAW, Nisfu Sya'ban, Muharram, serta selepas shalat Idul Fitri dan Idul Adha.

Dalam naskah perjoeangan pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (1969:35), arahan industri yang harus dikembangkan berupa kerajinan rumah ( tudung sadji, kopiah resam, anjaman tikar, sapu lidi dan ijuk kabung, keramik/porselin dan Industri makanan dan minuman. Tidak ada dijelaskan tentang Tudong Dulang, karena memang lahirnya atau terciptanya Tudong Dulang adalah berkisar sekitar tahun 1975-1977, dan Tradisi Nganggong sendiri baru berkembang secara besar-besaran pada tahun 1980an, pada saat Almarhum Bapak Eko Maulana Ali menjadi Bupati Bangka, dimana bukan saja pada Peringatan Hari Besar Agama Islam, seperti Maulid Nabi Muhammad SAW, Nisfu Sya'ban, Muharram, serta selepas shalat Idul Fitri dan Idul Adha, namun Tradisi Nganggong ini juga dilaksanakan pada Hari-Hari Besar Nasional dan Acara Kenegaraan.

Pada Tahun 1993-1999, ketika Bunda Tudung Saji masih bertempat tinggal di Desa Pangkalniur Baru, Tradisi Nganggong ini juga dilaksanakan pada Tradisi Milang Ari (kematian) dan juga pernikahan, jika pasangan mempelai berasal dari keluarga tidak mampu.

Pada Tradisi Milang Ari malam 1-7, biasanya yang melaksanakan Nganggong dimulai dari Rt terjauh, dan setiap malamnya minimal 2 Rt yang bertugas. Untuk Pernikahan sendiri biasanya yang melaksanakan Nganggong adalah 2 Rt terdekat dari Kediaman Mempelai Perempuan.

Isi Dulang harus diperhatikan dan setiap jenis kegiatan berbeda, pada perayaan Hari Besar Islam biasanya isi dulang meliputi, Ketupat, Lepet, Sambel Asem, Ayam Gulai, Tumis Udang dan buah. Sementara kalau untuk tradisi Milang Ari (Kematian) isi Dulang terdiri dari Nasi, lauknya seadanya, tapi harus hasil bumi setempat, misalkan sambel belacan, tumis pucuk ubi, tumis alar keladi, lempah darat. Terakhir, untuk acara pernikahan, isi Dulang terdiri dari Nasi, Gulai Ayam, Rendang Bangka, dan buah. Buah yang disertakan, kalo dulu itu pisang rejang, yang sering juga dibikin lempah darat.

Tatacara Pelaksanaan Nganggong :

1. Siapkan Dulang dan Tudong Dulang.

2. Susun Makanan yang akan dibawa Nganggong dengan rapi agar tidak 

    mudah tumpah.

3. Bungkus dan Ikat Dulang dan Tudong Dulang yang sudah diisi makanan 

     menggunakan taplak meja persegi empat.

4. Bawa Dulang dengan cara diletakkan dipundak dengan tompangan tangan 

     kiri atau kanan (dianggung), dari rumah ke tempat acara yang telah 

     ditetapkan oleh Pemuka Adat, Pengurus Masjid dan atau Panitia 

     Penyelenggara.

5. Letakan Dulang didepan para tamu undangan atau jama'ah yang ahdir, 

     upayakan tidak membelakangi, dengan sikap tubuh bersimpuh.

6. Setelah rapi, berdo'a terlebih dahulu, agar segala yang ada dalam tradisi 

     tersebut berkah.

7. Buka Tudong Dulang secara bersama-sama, dan letakan dibagian belakang 

     sebelah kiri.

8. Nikmati Hidangan dengan penuh sukacita dan rasa kegembiraan, secara 

     bersama-sama, upayakan makan hidangannya tidak menggunakan sendok, 

     tetapi menggunakan tanggan (Sunah Rasul), secara ilmu kesehatannya, 

     makanan yang disentuh menggunakan tangan akan mudah basi, sehingga 

     mempermudah perut untuk mencernanya.

9. Setelah selesai segera rapikan sisa makanan dan Dulang, agar ketika acara 

     berakhir, sang pemilik Dulang tidak kebingungan mencarinya.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar